1. Home
  2. Docs
  3. FAQ Tasawuf
  4. Wawasan
  5. Rabitah

Rabitah

image_pdfimage_print

Rabitah secara harfiah berarti hubungan. Dalam dunia tasawuf rabitah berarti penghubungan diri dengan guru ketika berdzikir sebagai upaya untuk berkonsentrasi sehingga qalbu si murid seolah-olah berhadapan dengan qalbu mursyid dan terasa seakan-akan qalbu guru/mursyid itu memancurkan ajaran dzikirnya.

Abah Anom menjelaskan pengertian rabitah dengan berpedoman pada firman Allah Swt surat Yusuf ayat 24:

وَلَقَدْهَمَّتْ بِهٖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَآ أَنْ رَّأٰ بُرْهَانَ رَبِّهٖ

“Sesungguhnya wanita itu (Zulaeha) telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda-tanda dari Tuhannya.”

Ayat di atas menjelaskan terpeliharanya iman Yusuf dari perbuatan terlarang karena ia memperoleh rabitah dari Tuhannya. Selanjutnya rabitah digambarkan bagaikan seseorang yang mempraktekan ilmu menjahit pakaian. Saat itu ia mengingat dan menghayalkan kembali gurunya berada di depannya sedang memberikan contoh bagaimana memotong kain serta menjahitnya. Akan tetapi ketika pekerjaan menjahit itu telah ia kuasai dengan baik, maka ia – ketika menjahit – tidak mesti lagi mengingat gurunya dan bagaimana gurunya mengajarnya. Bahkan, ia dapat menciptakan cara dan model-model jahitan pakaian yang berbeda dengan gurunya. Dengan demikian, rabitah al-mursyid yakni berhubungan dengan guru merupakan kesiagaan murid untuk berdzikir agar tercapai kekhusuan. Dalam surat al-‘Imran ayat 200 Allah berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوْا وَرَابِطُوْا وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman sabarlah, tabahlah, bersiap-siaplah kepada Allah agar kamu menang.”

Apakah ini cukup membantu? Yes No

Perlu bantuan?